Sabtu, 18 Mei 2014
jam 10.00 – 15.00
di kediaman Pak Kyai Abas
Mu’in, Pamijen. Sokaraja.
Ada
beberapa hal yang dapat saya tulis dan perlu saya sharekan kepada
sahabat-sahabati. Pertemuan yang dihadiri oleh Pak Kyai H. Abdul Manan dari PP LTMNU,
Pak Kyai Mustalifun dari PP LPNU serta beberapa alumni PMII, memberikan ulasan
tentang betapa pentingnya gerakan Ta’mir Masjid dan Gerakan Ekonomi, artinya
gerakan keduanya sebenarnya dapat dikolaborasikan secara bersama sehingga
gerakannya itu saling terintegrasi.
Menurut Pak
Kyai Manan ada beberapa kasus terkait dengan penyerobotan masjid NU. Masjid yang
dulunya kebanyakan para jamaahnya menjalankan amaliyah NU lama kelamaan
dihilangkan karena pengurus ta’mir masjidnya ternyata direbut oleh kelompok
HTI. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh kelompok salafi, wahabi, HTI untuk
merebut masjid NU diantaranya adalah dengan mengajak keluarga ta’mir untuk
masuk kelompok mereka dan menikahi putri ta’mir masjid tersebut berharap nanti
sertifikat wakah masjidnya dapat mereka miliki. Oleh karena itu, Pak Kyai Manan
berharap kepada seluruh banom NU seperti Ansor, IPNU-IPPNU, Muslimat dan
Fatayat serta PMII untuk kembali memulai gerakan sosial, keagamaan, ekonomi maupun
keilmuan itu dari masjid. Jadikanlah masjid sebagai tempat dalam menggerakan
umat.
Aksi
gerakan tersebut juga sebaiknya dilakukan dengan melihat kebutuhan para jama’ah
sehingga gerakannya akan lebih mengena dan efektif. Salah satu program dari
LTMNU yaitu dengan mengadakan “Pengajian Dluha dan I’tikaf dengan tema “9
langkah percepatan reziki” & Gerakan infak dan sedekah masjid (GISMAS).
Setelah diterapkan di daerah jakarta ternyata program tersebut banyak diminati
jama’ah dan program GISMAS dimana para jama’aah yang rajin sholat di masjid masing-masing
diberi kotak (kaleng uang) dan nanti setelah penuh mereka serahkan ke lembaga
ta’mir masjid, ternyata hasilnya tiap bulan bertambah, katakanlah yang tadinya
sebulan 4 juta, bulan berikutnya ternyata bisa mencapai 6 juta.
Ada juga
program “Belajar dan Mengajar di Jepang” yang diselenggarakan oleh Pengurus
Istimewa NU (PCI NU) jepang berkoordinasi dengan LTMNU. Tujuan kerjasama ini
yaitu untuk menjadi pendakwah di jepang. Contoh dakwahnya yaitu mengenalkan
kepada orang jepang bahwa tidak ada tuhan selain Allah (ketauhidan), itu yang
penting. Karena secara kedisiplinan, kebersihan masyarakat jepang sudah
melakukannya. Selanjutnya LTMNU akan memfasilitasi terkait dengan tempat kerja
dan tempat kuliahnya (kampus). Nanti juga akan ada training bahasa jepang dan
pengetahuan budaya jepang. Syaratnya : minimal lulusan SMA/SMK/MA, bisa juga
lulusan D3/ S1. Biaya total sekitar 70 juta. Namun terlebih dahulu harus
membayar uang sejumlah 7 juta sebelum berangkat ke jepang untuk mengurus
administrasi dll. Sisanya nanti bisa dicicil sambil kerja paruh waktu setelah
di jepang. Penghasilan gaji kerja dijepang kurang lebih 10 juta rupiah. Lama
waktunya kurang lebih selama 3 tahun dengan rincian; 1 tahun belajar bahasa,
tahun ke 2 dan ke 3 kuliah plus kerja paruh waktu. Program ini dilakukan
setiap 3 bulan sekali.
Setelah Pak
Kyai Manan menyampaikan tentang program LTMNU lalu dilanjutkan penyampaian dari
Pengurus Pusat LPNU. Pak Kyai Mustalifun menyampaikan bahwa PP LPNU sudah
menjalin kerjasama dengan Reptor Internasional dan Bank Rakyat Indonesia (BRI)
terkait dengan pinjaman lunak (kredit) untuk warga NU. Salah satu syarat untuk
mengakses dana tersebut yaitu dengan membuat kelompok. Seperti kelompok UMKM,
kelompok petani dll. Setiap kelompok minimal 5 orang. Selain itu LPNU juga siap
untuk mengakomodir terkait dengan penjualan hasil panen jagung, tebu,
peternakan sapi, dan garam. Beliau juga menyampaikan bahwa LPNU telah
bekerjasama dengan Lion air. Dengan harapan 10 tahun kedepan NU mempunyai
pesawat sendiri. Amiiin.
Selaku
pengurus cabang, kami menghimbau dan mengajak kepada seluruh kader PMII yang
ada di purwokerto untuk selalu berusah memakmurkan masjid. Baik itu masjid yang
ada di kampus, di lingkungan tempat kos-kosan maupun dirumah sendiri. Sekarang
waktunya kembali menjadikan gerakan masjid menjadi bagian gerakan dasar PMII, Karena
dengan kader PMII memakmurkan masjid maka masjid akan memakmurkan kader PMII.
Maju
Terus Pantang Menyerah.....!.
Salam
Pergerakan.....!. (Bara)