Minggu, 27 Oktober 2013

PERSIAPAN KU UNTUK MENGHADAPI HIDUP DI ZAMAN 20 TAHUN YANG AKAN DATANG



“Masa Kesetian Anggota, Konfrensi Anak Cabang I Kecamatan Bukateja, Melangkah Bersama Menuju Pelajar yang Berkeadaban”. Tulisan itu aku dapat pada saat mengikuti kegiatan PC IPNU-IPPNU Purbalingga di MTS NU 05 Majasari, Kecamatan Bukateja. Kegiatan tersebut dihadiri kurang lebih sekitar seratusan (100an) lebih peserta. Peserta ada yang berasal dari pondok, MA, SMK, MTS, Paket dll. Umumnya peserta berusia di bawah tiga puluh (30) tahun. Peserta juga ada yang berasal dari luar daerah Bukateja, seperti Cirebon, Banyumas dll.., namun ternyata mereka sudah lama menetap di Purbalingga. Mereka hanya diutus sebagai delegasi dari pondok maupun sekolahnya.

Aku adalah salah satu panitia di acara tersebut dan juga Pengurus Cabang IPNU Purbalingga. Pada waktu itu, aku sampai di lokasi tersebut sekitar pukul 19.30 dari Purwokerto. Sesampai disana, hujan turun begitu deras. “Alhamdulilah, untung aku sudah sampai disini”. Ucapku dalam hati.

Semua peserta ternyata sedang berada di dalam aula semua, mereka sedang menunggu pembicara berikutnya yaitu Gus Basyir, M.Pd.I. Selang beberapa menit, Gus Basyir sampun rawuh menuju aula, lalu seluruh peserta menyambutnya dengan wajah sumringah. Beliau lalu memperkenal dirinya. Perkenalannyapun diringi dengan canda tawa, seperti menyebutkan makna nama dari setiap peserta.

Tak terasa hanya dengan perkenalan saja itu nyampe 45 menit dan semua peserta merasa enjoy dengan narasumber. Selanjutnya Beliau meneruskan dengan materi. Materi yang disampaikan oleh beliau adalah Analisis Diri dengan menggunakan presentasi (PPT). Pada slide tersebut ada statement dari KH. Abdul Muchit Muzadi :”Sekang Ndandani Awak Gutul Ndandani Bangsa”. Kalau kita cermati ternyata ada makna yang mendalam dari statement tersebut. Artinya sebelum kita ingin memperbaiki bangsa atau orang lain, kita harus koreksi diri kita dulu, apakah sudah benar atau belum jangan sampai kita jarkoni (ngajari tapi ora nglakoni) agar kita tidak menjadi golongan munafik. Menurut Beliau, cara untuk ndandai awak yaitu dengan mencari ilmu.

Untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan, Gus Basyir melempar pertanyaan kepada peserta :”Apa yang bisa kader NU/IPNU-IPPNU perbuat untuk Indonesia lebih baik?”. Lalu beliau menunjuk beberapa peserta dari IPNU dan IPPNU untuk menjawab pertanyaan tersebut. Ternyata ada diantara mereka yang menjawab bahwa dengan dirinya menjadi pemain sepak bola profesional maka Indonesia dalam bidang Olah Raga Sepak Bola tidak akan kalah dengan negara seperti ; Jerman, Perancis, Korea dll. Ada juga yang menjawab bahwa dirinya ingin menjadi Astronot, walaupun mungkin kita memandang sebelah mata cita-cita tersebut. Ataukah mungkin kita ada keraguan dengan cita-cita tersebut. Tetapi percayalah, mungkin nantinya ada orang Indonesia yang pergi ke luar angkasa atau ke Bulan, karena kita tahu bahwa IPTEK di Indonesia masih belum di support oleh pemerintah dengan maksimal, tapi tidak masalah karena kita tahu bahwa segala kenyataan  berawal dari mimpi. Semoga mimpi mereka menjadi kenyataan. Amiiin.

Ada juga jawaban dari peserta yang menurut saya menakjubkan, peserta tersebut menjawab bahwa dirinya untuk merubah Indonesia menjadi lebih baik adalah dengan menghajikan orang tua. Itu sungguh jawaban luar biasa. Jawaban yang membuat diriku tertegun, karena apa?. Jawaban tersebut merupakan salah satu dari bagian cita-cita ku di masa yang akan datang. Aku berharap, semoga Allah mengabulkan cita-cita kita semua yang mulia ini. Amiiin.

Sampai pada akhirnya beliau memaparkan problematika yang ada di Indonesia. Problematika tersebut ada yang berasal dari dalam (internal) dan luar (eksternal). Salah satu problematika internal adalah terkait dengan Sumber Daya Manusia (SDM). Sebenarnya menurut ku Orang Indonesia tidak kalah dengan bangsa lain. Banyak orang Indonesia yang sukses di dalam negeri maupun di luar negeri. Lalu sebenarnya apa yang menjadi persoalan?. Aku berpendapat bahwa Indonesia masih sedikit orang yang benar. Orang yang intelektual dan sekolahnya tinggi banyak tetapi mereka masih egois, tidak peduli sesama dan yang mereka lakukan mungkin hanya untuk minteri orang lain (mbodohi orang lain) dan mungkin juga orang yang bener tur pinter masih belum banyak.

Ada juga problemtika lain, seperti : nasionalisme, demokrasi, HAM, agama dan liberalisme serta kapitalisme. Oleh karenanya beliau berpesan bahwa untuk hidup di zaman 20 tahun yang akan datang kalian harus membekali diri dan mempersiapkannya dari sekarang sehingga cita-citanya dapat terwujud.

Statetment beliau yang terakhir yaitu “untuk menggapai cita-cita harus berilmu, beriman dan bertaqwa serta dibalut dengan sikap tasamuh (toleran), moderat (tengah-tengah), harmoni, seimbang dan konsisten”.

Semoga kedepan kita dapat menjadi pahlawan untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, agama bangsa dan negara serta dunia. Amin.

Maju Terus Pantang Menyerah...!.



Nama lengkap      : Bagas Prakoso
Email             : Bgsprks@gmail.com
No HP             : 085227255105
Blog              : Gassskehidupan.blogsot.com


AKU BELAJAR ASWAJA



Pertama kali mendengar kata ASWAJA, aku selalu ingat kepanjangannya yaitu Ahlussunnah Waljama’ah. Akan tetapi, ketika aku disuruh untuk menjelaskan apa itu ASWAJA...???.  Akupun kadang berfikir lagi, apa sih itu ASWAJA...???.  Sampai akhirnya aku berusaha mencari buku tentang ASWAJA. Alhamdulillah, pencarian pun membuahkan hasil, ternyata buku tentang ASWAJA ada di lemari sekretariat PC IPNU-IPPNU Purbalingga.  Aku coba pandangi cover bukunya lalu aku baca buku tersebut dari halaman satu, halaman dua, halaman tiga dan seterusnya..... sampai seluruh isi buku tersebut.
Ternyata hanya dalam satu hari saja, buku tersebut rampung aku baca semuanya. Lalu aku taruh lagi buku tersebut di lemari. Tapi anehnya , kenapa apa yang sudah ku baca, sulit aku pahami, yang masih aku ingat adalah bahwa ASWAJA itu adalah golongan Ahlussunah Waljama’ah yaitu golongan yang selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an, Al-Hadist, amaliyah para sahabat Nabi dan Ijma para ulama.
Hari berikutnya Kamis, 1 agustus 2013 aku main ke sekretariat PC IPNU-IPPNU Purbalingga, ternyata ada selebaran yang ditempel di dinding. Aku coba saja baca selebaran tersebut. “Ikutilah Disikusi ASWAJA di MTS NU 04 Kalikabong dengan pembicara Gus Basyir, M.Pd.I, jam 18.00-21.00”, ternyata itu isi selebarannya. “wah, ternyata ada kegiatan diskusi ASWAJA yang diadakan oleh Departemen Kajian Keilmuan PC IPNU-IPPNU Purbalingga, sepertinya ini menarik, baiklah aku akan ikut”. Kataku di dalam hati.
Sabtu, 3 Agustus 2013 aku datang ke MTS NU 04 Kalikabong. Sesampainya disana, ternyata banyak juga yang ikut. Ada yang dari karangmoncol, Kelapa sawit, Belik, Bukateja, Babakan, Kaligondang, Rembang, Bojanegara, Onje dll. Sungguh luar biasa, “ternyata ASWAJA CLUB banyak juga yaa..”, pikirku (ASWAJA CLUB istilah yang aku buat sendiri... hee....).
Jam 18.30 acara diskusi dimulai dan di isi oleh Gus Basyir. Beliau menyampaikan bahwa “ ASWAJA adalah pola pikir yang mengarah dan harus di implementasi (sebagai pondasi dasar gerakan). Pola pikir tersebut adalah pola pikir yang menggunakan metode ilmiah dalam segala keilmuan yang komprehensif. Ada tiga poin dalam ASWAJA yaitu :
1.     Ahlu hadist= porsi akal tidak lebih (literalis).
2.     Ahlud nadir
3.     Ahlu tasawaf
Aswaja mengajak kita semua untuk memperbaiki diri sendiri (kuntum khairo umah). Aswaja juga mengajak kita untuk berfikir kritis, empiris dan metodologis.
1.     Aswaja adalah sebagai paradigma atau sebagai manhajul harakat, dari mulai cara pandang selanjutnya ke cara pergerakan.
2.     Cara berfikir.
Aswaja 3 :
1.     Ahlu hadist-------khobar ashadiq -------------- 1. Khibarullah 2. Khobarul rasul 3. Ijmak ulama.
2.     Ahlu ndzri -----alkhobar ashodiq ----------- 1. Khibarullah 2. Khobarul rasul 3. Ijmak ulama.

Alngaqlnu assalim -----------1. Al ibdai (kreatif) 2. Alngilmi (ilmiah) 3. Alnaqdi (kritis)

Alhawasassalimah------1. Mabdai 2. alhobar asodiq 3. ahlunadri
3.     Ahlu tasawuf
`                                   ilham dan khasaf
            Semua itu akan menghasilkan sebuah masalah satu akidah, fiqih, tasawuf, politik dan dakwah. Dan harapan semua masalah itu dapat diselesaikan dengan cara tawasut, tawazun dan tasamuh serta ta’dul.
Selama penyampaian materi dan diskusi saya hanya diam, mencermati, memperhatikan dan meresapi semua apa yang telah disampaikan oleh pembicara. “ooh ternyata ilmu ASWAJA begitu kompleks, luar biasa...!.”. Gumam ku dalam hati.
Di akhir diskusi Gus Basyir berpesan agar ASWAJA CLUB Purbalingga diharapkan tidak hanya mengkaji saja tetapi mereka juga harus dibekali ilmu. Selain itu beliau juga berharap semoga pengurus PC IPNU-IPPNU Purbalingga SELALU SEMANGAT dalam mengemban amanahnya dan terus meningkatkan kelimuannya dengan jalan mengadakan kegiatan diskusi ataupun yang lain.
Betapa hatiku senang rasanya mengikuti acara tersebut, karena saya bisa bertemu dengan pembicara yang paham betul tentang ASWAJA, bisa bertemu dengan Pengurus Cabang IPNU-IPPNU Purbalingga yang luar biasa dan juga menambah teman baru serta dapat bersilaturahim khususnya dengan  rekan-rekanita dari seluruh kecamatan maupun desa di Purbalingga.
Maju Terus, Pantang Menyerah untuk IPNU-IPPNU Purbalingga..!
............Belajar, Berjuang dan Bertaqwa.............


Jumat, 11 Oktober 2013

Hukum



MENINGKATKAN KESADARAN HUKUM

Saya adalah seorang yang selalu ingin memecahkan masalah di masyarakat. Baik itu masalah dibidang ekonomi, sosial, tekhnologi, biologi dan hukum. Saat ini saya ingin mengupas sekelumit tentang peristiwa “Operasi dan penilangan yang dilakukan Polisi Lalu Lintas”.
Sepertinya sudah tidak asing lagi ditelinga kita, ketika ada seseorang yang kena tilang oleh Polisi karena tidak membawa helm/ STNK/ SIM/ sepeda motor tidak standar dsb.  Kemudian Pak Polisi biasanya akan mencatat terlebih dahulu. Setelah itu, dengan bujukan seseorang yang kena tilang ataupun Pak polisi sendiri yang memberikan opsi. Biasanya opsi yang diberikan yaitu “Mau sidang apa bayar...?. kalau bayar Rp. 50.000/ 100.000.. (tergantung pelanggarannya)”. Sampai akhirnya mencapai kesepakatan antara orang yang ditilang dengan Pak Polisi.
Nah, biasanya masyarakat cenderung memilih membayar dan tidak melakukan sidang. Karena masyarakat menganggap sidang itu lama, ribet dsb. Melihat tingkah polah masyarakat yang seperti itu menurut saya mencerminkan bahwa masyakat dan polisi belum sadar hukum. Keduanya masih meremehkan, dan juga tidak menjalankan aturan yang telah dibuat. Kita sendiri tahu bahwa Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum.
Oleh sebab itu, seharusnya pertama Pak Polisi harus menjalankan hukum tersebut sesuai aturan. Jika memang seseorang yang kena tilang harus melakukan sidang, maka catatlah kemudian disuruh sidang..., jangan dipersulit..., jangan menakut-nakuti..., berilah penjelasan yang justru mengayomi masyarakat. Sehingga masyarakat akan menjadi lebih sadar tentang hukum dan juga Pak Polisi akan lebih berwibawa karena menegakkan hukum.
Selain itu, menurut saya jika hal tersebut terus berlanjut maka akan mempengaruhi mental masyarakat, sehingga masyarakat akan menyepelekan aturan karena mereka menganggap ”daripada sidang.... lama... lebih baik bayar saja, praktis”. Dan juga dimata masayarakat “Bahwa operasi yang dilakukan oleh Polisi, semata-mata hanya ingin cari uang tambahan saja”. 
Jadi sebenarnya harus ada kesadaran dari masing-masing pihak. Pak Polisi harus menegakkan hukum dengan baik dan benar sedangkan mayarakat harus melaksanakan dan mematuhinya. Serta menurut saya, perlu adanya sosialisasi dari Polisi kepada masyarakat tentang “Denda” (jika seseorang melanggar aturan lalu lintas). Sehingga masyarakat bisa memahami aturan tersebut dengan jelas. 
Nama               : Bagas Prakoso
Tanggal Lahir : Purbalingga 3 Juni 1989
Alamat            : Tamansari, RT/02, RW/19. Karangmoncol. Purbalingga

Hari Tani



CATATAN MAHASISWA PURWOKERTO
DI “HARI TANI”

Acara Talk Show Hari Tani pada tanggal 24 September 2013 yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Pertanian cukup mengggugah seluruh mahasiswa yang hadir di Auditorium Pertanian Unsoed. Tema yang diangkat yaitu “Swasembada Kedelai (Glycine max) Lokal Menuju Kedaulatan Pangan Nasional. Kedelai Lokal dari Kita, oleh Kita, untuk Kita” dengan pembicara : Prof (emer) Dr. Ir. Sunarto, MS (Guru Besar Emertus Fakultas Pertanian Unsoed), Dr. Ir. Pomendi Hidayat, M. P (LPPM Unsoed), Pak Agus (Dinas Pertanian Kab. Banyumas), dan Pak Agus (Petani Kedelai Kab. Banyumas).
Menurut paparan beliau, Prof (emer) Dr. Ir. Sunarto, MS bahwa untuk menuju kedaulatan pangan maka ada beberapa faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan diantaranya mulai dari pengambil kebijakan harus mementingkan kepentingan rakyat,  mengurangi impor pangan dan meningkatkan produksi dalam negeri, cinta produk lokal,  peningkatan penyuluh pertanian yang ada di Dinas Pertanian, perlunya pendampingan terhadap petani dll. Pendampingan yang dilakukan dapat dalam bentuk memberikan teknik kultur dan budidaya bibit, sehingga petani tidak harus beli bibit. Prof (emer) Dr. Ir. Sunarto, MS adalah penemu varietas kedelai slamet. Varietas kedelai slamet ini toleran terhadap tanah masam serta toleran keracunan alumunium. Hadirnya varietas slamet ini diharapkan mampu memperluas areal penanaman kedelai di Sumatera, Kalimantan, maupun Sulawesi sehingga produk kedelai lokal ini dapat mengurangi kedelai impor.
Menurut pandangan Dr. Ir. Pomendi Hidayat, M. P, petani di Indonesia belum dinomor satukan oleh pemerintah dalam hal kesejahteraan, belum ada perhatian serius dari pemerintah maupun dari masyarakat Indonesia. Beliau mengatakan bahwa “jika kita ingin swasembada kedelai ya kita sama-sama aksi”. Jangan hanya ingin, “tapi ya aksi”. Beliau menghimbau para lulusan pertanian Unsoed khususnya dapat menjadi petani yang kaya  walaupun awalnya harus kerja dulu, baru bisa beli lahan untuk pertanian.
Peningkatan Produksi kedelai lokal dapat dilakukan dengan metode ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian. Metode ekstensifikasi merupakan peningkatan produksi dengan memanfaatkan lahan yang tidak produktif  menjadi produktif, dapat  juga dikatakan perluasan area lahan. Sedangkan intensifikasi merupakan peningkatan produksi persatuan luas, artinya lahan yang berukuran sekian meter, produksinya tiap tahun dapat terus meningkat.  Misalnya dengan adanya polikultur tanaman dalam suatu lahan pertanian. Namun demikian, kenyataannya di lapang, petani masih enggan untuk melakukan teknik tersebut malah mereka lebih nyaman untuk terus bertani menananm padi padahal jelas-jelas kondisi saat ini kadang tidak memungkinkan tutur Dr. Ir. Pomendi Hidayat, M. P.
Dari hasil diskusi dengan beliau, Prof (emer) Dr. Ir. Sunarto, MS, Dr. Ir. Pomendi Hidayat, M.P,  Pak Agus (Dinas Pertanian Kab. Banyumas), dan Pak Agus (Petani Kedelai Kab. Banyumas) ada beberapa catatan menarik yang perlu saya share kan dengan sahabat-sahabati, mahasiswa semua. Pertama, Apa yang menyebabkan style petani di Indoneisa dengan Jepang berbeda ?. Dimana petani di Indonesia berpakaian lusuh, kadang tidak sepatuan, dll sedangkan di jepang petani itu memakai sepatu, sarung tangan, kelihatannya bersih dll. Jawabannya menurut Dr. Ir. Pomendi Hidayat, M.P bahwa hal tersebut terkait dengan budaya saja. Beliau memberi analogi seperti ini “kalau di eropa mahasiswa itu rapi, rajin membawa buku sedangkan di Indonesia mahasiswanya lusuh”. Tapi statement beliau tersebut tidak dapat mengenaralisasiakan semuanya.
Kedua, ternyata menurut beliau, Prof (emer) Dr. Ir. Sunarto, MS bahwa sebenarnya negara yang majupun awalnya adalah negara agraris. Dimana banyak warganya yang berprofesi sebagai petani. Namun, setelah berkembangnya tekhnologi, mekanisasi industri, akhirnya banyak petani yang (urbanisasi) beralih ke industri sebagai pekerja sehingga jumlah petani yang tersisa tinggal sedikit untuk menggarap lahannya. Petani yang sudah bekerja di pabrik akhirnya menjual tanahnya kepada petani lain, dan akhirnya dapat kita jumpai di negara maju bahwa beberapa petani ternyata kaya-kaya.
Ketiga, ada petuah atau kata filosofis yang menarik yang baru pertama kali saya dengar dari Pak Agus (Petani Banyumas). Beliau mengatakan bahwa “Mas, Kalau pingin hidup ayem tentrem jadi petani, kalau ingin kaya jadi wirausaha/dagang sedangkan kalau ingin jadi priyayi jadi PNS. Menurut saya, statemant ini adalah local value yang perlu kita transformasikan untuk generasi kita selanjutnya terkait dengan sudut pandang  petani sebagai profesi, dan mungkin oleh sebagian orang profesi petani adalah profesi yang dianggap sebelah mata untuk saat ini.
Keempat, dari Dr. Ir. Pomendi Hidayat, M.P, beliau berharap agar mahasiswanya ketika menginginkan sesuatu, maka dia harus berusaha action. Agar yang diinginkannya terwujud. Begitu juga demikian kalau negara Indonesia ingin swasembada pangan ya.., ayo kita semua mencoba meperbaikinya dari segala lini dan saling berkoordinasi. Baik hubungan petani dengan dinas pertanian, peneliti, perguruan tinggi, dll sehingga terwujud ketahanan pangan di Indonesia. Jadi seimbang antara mimpi dan aksi nyata.

Kelima, adalah problem yang terjadi di Dinas Pertanian Banyumas yaitu, minimnya penyuluh pertanian, belum tahu metode yang tepat dalam penyimpanan kedelai sehingga stock kedelai tidak banyak, lalu dengan adanya perubahan iklim yang tidak menentu. Sehingga sulit menentukan musim. Akhirnya dari pihak dinas berfikir bagaimana kita dapat menyesuaikan pertanian dengan kondisi cuaca yang tidak menentu?. Atau beliau mengharapkan adanya sekolah iklim (new panotomongso). Lalu oleh beliau, Pak Prof. Sunarto dijawab bahwa cara penyimpanan kedelai suapaya tahan lama yaitu sebelum disimpan harus dijemur dulu sekitar jam 9-12, jangan sekali menjemur tapi beberapa kali sehingga kalau digigit kedelainya pecah, selanjutnya kedelai jangan diataruh menyentuh tanah supaya tidak lembab.
Memang saat ini kedelai kita impor, tapi saya yakin usaha yang dilakukan oleh Petani  Indonesia saat ini sudah luar biasa hebatnya. Tinggal saatnya kita bersama petani melakukan perubahan. saya sebagai mahasiswa mengucapkan terima kasih kepada seuruh Petani Indonesia yang telah berjuang dan bekerja demi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Maju Terus Petani Indonesia .....!.   NKRI Jaya....!.

Nama               : Bagas Prakoso
Organisasi       : Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
No Hp              : 085227255105

AKTIVITAS MEMBUAT JUS BUAH

Bangun pagi, langsung mandi, pakain, lanjut sarapan terus menuju ke Pasar membeli buah kesukaannya membeli  buah Apel. setelah itu mengantar...