CATATAN
MAHASISWA PURWOKERTO
DI “HARI
TANI”
Acara Talk Show
Hari Tani pada tanggal 24 September 2013 yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas
Pertanian cukup mengggugah seluruh mahasiswa yang hadir di Auditorium Pertanian
Unsoed. Tema yang diangkat yaitu “Swasembada Kedelai (Glycine max) Lokal
Menuju Kedaulatan Pangan Nasional. Kedelai Lokal dari Kita, oleh Kita, untuk Kita”
dengan pembicara : Prof (emer) Dr. Ir. Sunarto, MS (Guru Besar Emertus Fakultas
Pertanian Unsoed), Dr. Ir. Pomendi Hidayat, M. P (LPPM Unsoed), Pak Agus (Dinas
Pertanian Kab. Banyumas), dan Pak Agus (Petani Kedelai Kab. Banyumas).
Menurut paparan
beliau, Prof (emer) Dr. Ir. Sunarto, MS bahwa untuk menuju kedaulatan pangan
maka ada beberapa faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan
diantaranya mulai dari pengambil kebijakan harus mementingkan kepentingan
rakyat, mengurangi impor pangan dan
meningkatkan produksi dalam negeri, cinta produk lokal, peningkatan penyuluh pertanian yang ada di
Dinas Pertanian, perlunya pendampingan terhadap petani dll. Pendampingan yang
dilakukan dapat dalam bentuk memberikan teknik kultur dan budidaya bibit,
sehingga petani tidak harus beli bibit. Prof (emer) Dr. Ir. Sunarto, MS adalah
penemu varietas kedelai slamet. Varietas kedelai slamet ini toleran terhadap
tanah masam serta toleran keracunan alumunium. Hadirnya varietas slamet ini
diharapkan mampu memperluas areal penanaman kedelai di Sumatera, Kalimantan,
maupun Sulawesi sehingga produk kedelai lokal ini dapat mengurangi kedelai
impor.
Menurut
pandangan Dr. Ir. Pomendi Hidayat, M. P, petani di Indonesia belum dinomor
satukan oleh pemerintah dalam hal kesejahteraan, belum ada perhatian serius
dari pemerintah maupun dari masyarakat Indonesia. Beliau mengatakan bahwa “jika
kita ingin swasembada kedelai ya kita sama-sama aksi”. Jangan hanya ingin,
“tapi ya aksi”. Beliau menghimbau para lulusan pertanian Unsoed khususnya dapat
menjadi petani yang kaya walaupun
awalnya harus kerja dulu, baru bisa beli lahan untuk pertanian.
Peningkatan
Produksi kedelai lokal dapat dilakukan dengan metode ekstensifikasi dan
intensifikasi pertanian. Metode ekstensifikasi merupakan peningkatan produksi
dengan memanfaatkan lahan yang tidak produktif
menjadi produktif, dapat juga
dikatakan perluasan area lahan. Sedangkan intensifikasi merupakan peningkatan
produksi persatuan luas, artinya lahan yang berukuran sekian meter, produksinya
tiap tahun dapat terus meningkat. Misalnya dengan adanya polikultur tanaman
dalam suatu lahan pertanian. Namun demikian, kenyataannya di lapang, petani
masih enggan untuk melakukan teknik tersebut malah mereka lebih nyaman untuk
terus bertani menananm padi padahal jelas-jelas kondisi saat ini kadang tidak
memungkinkan tutur Dr. Ir. Pomendi Hidayat, M. P.
Dari hasil
diskusi dengan beliau, Prof (emer) Dr. Ir. Sunarto, MS, Dr. Ir. Pomendi
Hidayat, M.P, Pak Agus (Dinas Pertanian
Kab. Banyumas), dan Pak Agus (Petani Kedelai Kab. Banyumas) ada beberapa
catatan menarik yang perlu saya share kan dengan sahabat-sahabati,
mahasiswa semua. Pertama, Apa yang menyebabkan style petani di Indoneisa
dengan Jepang berbeda ?. Dimana petani di Indonesia berpakaian lusuh, kadang
tidak sepatuan, dll sedangkan di jepang petani itu memakai sepatu, sarung
tangan, kelihatannya bersih dll. Jawabannya menurut Dr. Ir. Pomendi Hidayat, M.P
bahwa hal tersebut terkait dengan budaya saja. Beliau memberi analogi seperti
ini “kalau di eropa mahasiswa itu rapi, rajin membawa buku sedangkan di
Indonesia mahasiswanya lusuh”. Tapi statement beliau tersebut tidak
dapat mengenaralisasiakan semuanya.
Kedua, ternyata
menurut beliau, Prof (emer) Dr. Ir. Sunarto, MS bahwa sebenarnya negara yang
majupun awalnya adalah negara agraris. Dimana banyak warganya yang berprofesi
sebagai petani. Namun, setelah berkembangnya tekhnologi, mekanisasi industri,
akhirnya banyak petani yang (urbanisasi) beralih ke industri sebagai
pekerja sehingga jumlah petani yang tersisa tinggal sedikit untuk menggarap
lahannya. Petani yang sudah bekerja di pabrik akhirnya menjual tanahnya kepada petani
lain, dan akhirnya dapat kita jumpai di negara maju bahwa beberapa petani
ternyata kaya-kaya.
Ketiga, ada
petuah atau kata filosofis yang menarik yang baru pertama kali saya
dengar dari Pak Agus (Petani Banyumas). Beliau mengatakan bahwa “Mas, Kalau
pingin hidup ayem tentrem jadi petani, kalau ingin kaya jadi wirausaha/dagang
sedangkan kalau ingin jadi priyayi jadi PNS. Menurut saya, statemant
ini adalah local value yang perlu kita transformasikan untuk generasi
kita selanjutnya terkait dengan sudut pandang
petani sebagai profesi, dan mungkin oleh sebagian orang profesi petani
adalah profesi yang dianggap sebelah mata untuk saat ini.
Keempat, dari Dr.
Ir. Pomendi Hidayat, M.P, beliau berharap agar mahasiswanya ketika menginginkan
sesuatu, maka dia harus berusaha action. Agar yang diinginkannya
terwujud. Begitu juga demikian kalau negara Indonesia ingin swasembada pangan
ya.., ayo kita semua mencoba meperbaikinya dari segala lini dan saling
berkoordinasi. Baik hubungan petani dengan dinas pertanian, peneliti, perguruan
tinggi, dll sehingga terwujud ketahanan pangan di Indonesia. Jadi seimbang
antara mimpi dan aksi nyata.
Kelima, adalah
problem yang terjadi di Dinas Pertanian Banyumas yaitu, minimnya penyuluh
pertanian, belum tahu metode yang tepat dalam penyimpanan kedelai sehingga stock
kedelai tidak banyak, lalu dengan adanya perubahan iklim yang tidak menentu.
Sehingga sulit menentukan musim. Akhirnya dari pihak dinas berfikir bagaimana
kita dapat menyesuaikan pertanian dengan kondisi cuaca yang tidak menentu?.
Atau beliau mengharapkan adanya sekolah iklim (new panotomongso). Lalu
oleh beliau, Pak Prof. Sunarto dijawab bahwa cara penyimpanan kedelai suapaya
tahan lama yaitu sebelum disimpan harus dijemur dulu sekitar jam 9-12, jangan
sekali menjemur tapi beberapa kali sehingga kalau digigit kedelainya pecah,
selanjutnya kedelai jangan diataruh menyentuh tanah supaya tidak lembab.
Memang saat ini
kedelai kita impor, tapi saya yakin usaha yang dilakukan oleh Petani Indonesia saat ini sudah luar biasa hebatnya.
Tinggal saatnya kita bersama petani melakukan perubahan. saya sebagai mahasiswa
mengucapkan terima kasih kepada seuruh Petani Indonesia yang telah berjuang dan
bekerja demi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Maju
Terus Petani Indonesia .....!. NKRI
Jaya....!.

Nama
:
Bagas Prakoso
Organisasi
: Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII)
No
Hp :
085227255105
Tidak ada komentar:
Posting Komentar