Jumat, 11 Oktober 2013

Hari Tani



CATATAN MAHASISWA PURWOKERTO
DI “HARI TANI”

Acara Talk Show Hari Tani pada tanggal 24 September 2013 yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Pertanian cukup mengggugah seluruh mahasiswa yang hadir di Auditorium Pertanian Unsoed. Tema yang diangkat yaitu “Swasembada Kedelai (Glycine max) Lokal Menuju Kedaulatan Pangan Nasional. Kedelai Lokal dari Kita, oleh Kita, untuk Kita” dengan pembicara : Prof (emer) Dr. Ir. Sunarto, MS (Guru Besar Emertus Fakultas Pertanian Unsoed), Dr. Ir. Pomendi Hidayat, M. P (LPPM Unsoed), Pak Agus (Dinas Pertanian Kab. Banyumas), dan Pak Agus (Petani Kedelai Kab. Banyumas).
Menurut paparan beliau, Prof (emer) Dr. Ir. Sunarto, MS bahwa untuk menuju kedaulatan pangan maka ada beberapa faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan diantaranya mulai dari pengambil kebijakan harus mementingkan kepentingan rakyat,  mengurangi impor pangan dan meningkatkan produksi dalam negeri, cinta produk lokal,  peningkatan penyuluh pertanian yang ada di Dinas Pertanian, perlunya pendampingan terhadap petani dll. Pendampingan yang dilakukan dapat dalam bentuk memberikan teknik kultur dan budidaya bibit, sehingga petani tidak harus beli bibit. Prof (emer) Dr. Ir. Sunarto, MS adalah penemu varietas kedelai slamet. Varietas kedelai slamet ini toleran terhadap tanah masam serta toleran keracunan alumunium. Hadirnya varietas slamet ini diharapkan mampu memperluas areal penanaman kedelai di Sumatera, Kalimantan, maupun Sulawesi sehingga produk kedelai lokal ini dapat mengurangi kedelai impor.
Menurut pandangan Dr. Ir. Pomendi Hidayat, M. P, petani di Indonesia belum dinomor satukan oleh pemerintah dalam hal kesejahteraan, belum ada perhatian serius dari pemerintah maupun dari masyarakat Indonesia. Beliau mengatakan bahwa “jika kita ingin swasembada kedelai ya kita sama-sama aksi”. Jangan hanya ingin, “tapi ya aksi”. Beliau menghimbau para lulusan pertanian Unsoed khususnya dapat menjadi petani yang kaya  walaupun awalnya harus kerja dulu, baru bisa beli lahan untuk pertanian.
Peningkatan Produksi kedelai lokal dapat dilakukan dengan metode ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian. Metode ekstensifikasi merupakan peningkatan produksi dengan memanfaatkan lahan yang tidak produktif  menjadi produktif, dapat  juga dikatakan perluasan area lahan. Sedangkan intensifikasi merupakan peningkatan produksi persatuan luas, artinya lahan yang berukuran sekian meter, produksinya tiap tahun dapat terus meningkat.  Misalnya dengan adanya polikultur tanaman dalam suatu lahan pertanian. Namun demikian, kenyataannya di lapang, petani masih enggan untuk melakukan teknik tersebut malah mereka lebih nyaman untuk terus bertani menananm padi padahal jelas-jelas kondisi saat ini kadang tidak memungkinkan tutur Dr. Ir. Pomendi Hidayat, M. P.
Dari hasil diskusi dengan beliau, Prof (emer) Dr. Ir. Sunarto, MS, Dr. Ir. Pomendi Hidayat, M.P,  Pak Agus (Dinas Pertanian Kab. Banyumas), dan Pak Agus (Petani Kedelai Kab. Banyumas) ada beberapa catatan menarik yang perlu saya share kan dengan sahabat-sahabati, mahasiswa semua. Pertama, Apa yang menyebabkan style petani di Indoneisa dengan Jepang berbeda ?. Dimana petani di Indonesia berpakaian lusuh, kadang tidak sepatuan, dll sedangkan di jepang petani itu memakai sepatu, sarung tangan, kelihatannya bersih dll. Jawabannya menurut Dr. Ir. Pomendi Hidayat, M.P bahwa hal tersebut terkait dengan budaya saja. Beliau memberi analogi seperti ini “kalau di eropa mahasiswa itu rapi, rajin membawa buku sedangkan di Indonesia mahasiswanya lusuh”. Tapi statement beliau tersebut tidak dapat mengenaralisasiakan semuanya.
Kedua, ternyata menurut beliau, Prof (emer) Dr. Ir. Sunarto, MS bahwa sebenarnya negara yang majupun awalnya adalah negara agraris. Dimana banyak warganya yang berprofesi sebagai petani. Namun, setelah berkembangnya tekhnologi, mekanisasi industri, akhirnya banyak petani yang (urbanisasi) beralih ke industri sebagai pekerja sehingga jumlah petani yang tersisa tinggal sedikit untuk menggarap lahannya. Petani yang sudah bekerja di pabrik akhirnya menjual tanahnya kepada petani lain, dan akhirnya dapat kita jumpai di negara maju bahwa beberapa petani ternyata kaya-kaya.
Ketiga, ada petuah atau kata filosofis yang menarik yang baru pertama kali saya dengar dari Pak Agus (Petani Banyumas). Beliau mengatakan bahwa “Mas, Kalau pingin hidup ayem tentrem jadi petani, kalau ingin kaya jadi wirausaha/dagang sedangkan kalau ingin jadi priyayi jadi PNS. Menurut saya, statemant ini adalah local value yang perlu kita transformasikan untuk generasi kita selanjutnya terkait dengan sudut pandang  petani sebagai profesi, dan mungkin oleh sebagian orang profesi petani adalah profesi yang dianggap sebelah mata untuk saat ini.
Keempat, dari Dr. Ir. Pomendi Hidayat, M.P, beliau berharap agar mahasiswanya ketika menginginkan sesuatu, maka dia harus berusaha action. Agar yang diinginkannya terwujud. Begitu juga demikian kalau negara Indonesia ingin swasembada pangan ya.., ayo kita semua mencoba meperbaikinya dari segala lini dan saling berkoordinasi. Baik hubungan petani dengan dinas pertanian, peneliti, perguruan tinggi, dll sehingga terwujud ketahanan pangan di Indonesia. Jadi seimbang antara mimpi dan aksi nyata.

Kelima, adalah problem yang terjadi di Dinas Pertanian Banyumas yaitu, minimnya penyuluh pertanian, belum tahu metode yang tepat dalam penyimpanan kedelai sehingga stock kedelai tidak banyak, lalu dengan adanya perubahan iklim yang tidak menentu. Sehingga sulit menentukan musim. Akhirnya dari pihak dinas berfikir bagaimana kita dapat menyesuaikan pertanian dengan kondisi cuaca yang tidak menentu?. Atau beliau mengharapkan adanya sekolah iklim (new panotomongso). Lalu oleh beliau, Pak Prof. Sunarto dijawab bahwa cara penyimpanan kedelai suapaya tahan lama yaitu sebelum disimpan harus dijemur dulu sekitar jam 9-12, jangan sekali menjemur tapi beberapa kali sehingga kalau digigit kedelainya pecah, selanjutnya kedelai jangan diataruh menyentuh tanah supaya tidak lembab.
Memang saat ini kedelai kita impor, tapi saya yakin usaha yang dilakukan oleh Petani  Indonesia saat ini sudah luar biasa hebatnya. Tinggal saatnya kita bersama petani melakukan perubahan. saya sebagai mahasiswa mengucapkan terima kasih kepada seuruh Petani Indonesia yang telah berjuang dan bekerja demi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Maju Terus Petani Indonesia .....!.   NKRI Jaya....!.

Nama               : Bagas Prakoso
Organisasi       : Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
No Hp              : 085227255105

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

AKTIVITAS MEMBUAT JUS BUAH

Bangun pagi, langsung mandi, pakain, lanjut sarapan terus menuju ke Pasar membeli buah kesukaannya membeli  buah Apel. setelah itu mengantar...